Aktifis Kudu Update

lilin3Dunia organisasi adalah tempat yang sungguh keren dan memukau. Adalah suatu jejak berharga yang bisa dipikirkan kembali saat saat berada di perbatasan antara aktifis dan minimalis saat ini. Minimalis adalah ungkapan untuk menggambarkan keadaan saat ini yang miskin organisasi, atau sederhananya bukan seorang aktifis (lagi). Dunia bernama organisasi umumnya ditemui masa masa kuliah S1, namun pada beberapa kasus adapula yang udah kenalan sejak era smp/sma. Tapi saya yakin, pemahaman mereka2 yang kenalan dengan organisasi masa2 labil (smp/sma) tersebut, takkan seidealis saat kamu bergabung di organisasi masa kuliah mu. Di dunia tersebut, kamu takkan menemukan manusia jenis lain, hanya manusia yang idealis, organisatoris, sibukis, dan seabrek is is yang lain. Di sana ditemukan keluarga, teman sepikiran yang saling beririsan (dalam istilah matematika irisan kan maksudnya nyambung, karena ada wilayah tertentu yang sama dan kudu diarsir, eh tapi bener gitu gak ya..?hoho) dan pada banyak kejadian juga menemukan rusuknya yang hilang (ceilee..) loh tapi yang ini bener dan banyak loh, gak cuma ikut2an trend aja. Saya inget guru saya dulu pernah bilang gini “daripada nungguin jodoh di kampung mending cari jodoh di kampus” maksud sebenernya adalah untuk memotivasi siswa siswa agar melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi dan memang bnyak yang akhirnya bener2 menerapkan petuah tersebut tak kurang dan tak lebih sesuai kata2. Saya jadi kepikiran, mungkin aja itu petuah khusus yang wajib diberikan guru SMA kepada siswa nya kali ya. Dan kamu kamu yang patuh pasti berhasil mewujudkannya, so yg gak dpet pendamping dari kampusnya berarti belum beruntung dan pastinya gak patuh sama gurunya, loh? buktinya kamu gak dapet pendamping sampe sekarang. hehe

Berkutat menjadi aktifis saya pikir telah jadi semacam kebutuhan, karena banyaknya kesibukan dan otomatis pula lebih banyak pengalaman dari yang enggak aktifis tentunya. Sehingga saat berada pada keadaan yang minimalis seperti ini, sangat merasakan bahwa banyak sekali waktu luang yang tak termanfaatkan dengan baik, malah cenderung menghabiskan waktu dengan hal hal yang tak bermanfaat. Dunia aktifis megajarkan banyak hal, dari mulai urusan sederhana cara berkomunikasi dengan orang lain dari yang jelata sampai yang “jelalata-n” (maksudnya itu jelalatan dengan jabatannya, ah kamu tau yang saya maksudkan pastinya), cara menata negara meskipun cuma negara organisasi mu yang seuprit, cara mengajukan proposal, cara menjadi pemimpin dan hal hal lain yang sifatnya lebih taktis dan ternyata besar manfaatnya. Saya paham makanya juga ada beberapa aktifis yang suka bolos kuliah (saya jg sih, hehe) karena mereka berpikiran bahwa organisasi justru mengajarkan hal yang lebih tepat guna dalam hidup ketimbang teori teori di kelas yang itu itu saja. Yah masing masing orang punya pendapatnya, eh tapi ada juga loh yang aktifis sekaligus juga bintang pelajar eh bintang kelas. Meskipun sibuk denga seabrek kerjaan yang sono sini, namun prestasi tetap di depan. Dan kebanyakan loh ya, tapi ini rahasia, aktifis itu lebih mudah akrab dengan dosen dan itu mungkin salah satu kuncinya prestasi menonjol. Loh apa hubungannya? eh ada dong, kamu dekat dengan dosen mu, terus kalo dikelas biasanya yang dikenal namanya oleh dosen disuruh untuk jadi yang bertanggung jawab dengan kelas. ngatur jam tambahan kuliah dll. Dan kalo dosennya ada pertanyaan yang namanya dikenal biasanya jarang ditanyain, dosennya liat liat absen cari orang orang yang namanya gak familiar, duduk dipojokan dan diem sambil pencet henfon. iya kan?!” tapi banyakan boongnya. Gak ada jaminan jg kok meskipun namamu terkenal dikalangan dosen, yang membedakan kenapa aktifis berprestasi (ini yang beneran) adalah kemuan dan motivasi mereka lebih tinggi. udah itu aja.

Eh tapi mau ngobrolin ke arah mana sih sebetulnya tulisan ini, biasanya kan saya selalu memberikan petuah dengan kata2 super yang mencengangkan kamu (ceilee, overdosis nih, xixixi). Oke deh siap siap kamu akan terperangah, haha korban ILK nih.

Entah organisasi dan aktifis macam apapun kamu, seorang aktifis sesuai julukannya, aktif dan is. Aktif artinya kamu kudu harus, selalu dan siap sedia bergerak menyesuaikan dengan kebutuhan di masyarakat, prioritas sih tentunya daerah kamu sendiri, bali ndeso mbangun ndeso. Kebutuhan yang dimaksud bukan sembako, yah pastinya kalo kebutuhan itu kamu yang lebih cocok menerimnya. Pastinya kebutuhan untuk kemajuan. Aktifkan dirimu dengan melek sekitar, jangan cuma ‘garang’ di area kampus aja, tapi balik ke rumah melempem kaya kerupuk yang kehujanan. Aktif memiliki banyak makna, dan apapun yang kamu lakukan (posistif pastinya) adalah sarana untuk menempatkan posisi anda dalam jalur aktif sebagai seorang aktifis. Aishh apa sih ni muter muter, kan aktifis biasanya gitu ngomongnya,,hehe. Oke deh simpelnya gini, Aktifis biasanya bisa menempatkan kondisi dalam keadaan bagaimanapun, upaya ‘membangun’ adalah suatu kepastian tugas yang menunggu, namun yang lebih pentingnya lagi improvisasi diri, upgrade diri ke tingkat yang lebih tinggi juga penting. nah gitooo….

Kemampuan itu bisa tak berbatas kawan jika terus terusan dimaksimalkan, batasan terbentuk jika kamu sendirilah yang membatasinya. Aktifis akan menjadi sosok tepat yang dibutuhkan jika mau untuk terus meningkatkan kemampuan. Aktifis yang hanya mau aktif aja tanpa kemauan untuk update diri sama saja dengan komputer jadul, yaaa masih bisa kepake tapi udah gak relevan, buat ganjelan pintu sih oke.. 😀

Aktifis itu seperti lilin, ketika mati lampu, maka lilin lah yang pasti akan dicari untuk memberi penerangan. Meskipun habis dimakan waktu, namun meninggalkan jejak.

Salam aktifis!

U.

15 Maret 2015


Leave a comment