Part 2 #Edisi Anak Desa ke Luar Negeri

Hello guys! lanjut cerita yg dulu beberapa abad lalu pernah saya ceritain ke kamu, kalo gk slh inget itu era di taun 2013 ya, gimana saya udh ceritain seluk beluk dan berbagai usaha berjibaku untuk ke luar negeri dan akhirnya bersambung…….

hoho..

oke deh ini saya lanjutin lagi,,, (biar nyambung silahkan liat tulisan part 1, tapi bgi yg minat doank,,wkwkwk)

Next Chapter…

Eh, setelah sampai di sana, ternyata kosong alias lagi libur. Pintunya tutup, jendela tutup, kaga ade sape2, mau Tanya kemana juga bingung. Ah, untung aja mata saya menangkap no telp kantor di plang nama di depan, setelah dicatet, kembalilah saya ke habitat sambil sepanjang jalan berharap kantor dan no telp itu masih aktif. Seinget saya, untuk urusan nerjemahin dokumen yang diperlukan ini aja, saya harus beberapa kali bolak balik ke Pemad Translation tersebut, padahal jarak antara tempat saya dengan Pemad mungkin sekitar 15-an kilo plus bolak baliknya. Tapi gak tau kenapa kok deket aja rasanya ya, inilah barangkali kekuatan dari keinginan kawan! Pelajaran penting no 4 : Apapun masalahnya, akan teratasi dengan keinginan yang kuat.

Step terakhir nih, setelah semua dokumen selesai dipersiapkan, coba diurutkan dari yang pertama yaitu application form, Study plan & personal statement, Ijasah dan transkrip nilai legalisir dari lembaga yang mengeluarkan, ijazah dan transkrip nilai yang udah ditranslete resmi atau notaris, surat rekomendasi umumnya dari dua orang rekomender dan distempel terus juga dimasukkan dalam amplop kecil tertutup, surat pernyataan (sifatnya kondisional tergantung beasiswanya, kalo di NCTU ada semcam surat pernytaan financialnya), copy paspor atau KTP atau ID yang lain, terus sertifikat bahasa Toefle, PBT, iBT, IELTS atau kemampuan bahasa lainnya yang disesuaikan dengan Negara universitas yg dituju dan terakhir serifikat pendukung. Nah untuk sertifikat pendukung, pokoknya lampirkan aja sebanyak banyaknya sertifikat yang kamu unggulkan, entah itu juara lari karung, makan kerupuk, debat, LKTI, PKM atau apapun deh yang penting sesuai aja dengan kebutuhannya. Oke! setelah semua beres, Finishing dan kirimkan! Oh iya sebelum dikirim saya anjurkan untuk fotocopy semua berkas tadi sebagai arsip kenangan, yah itu pun kalo kamu mau, lumayan kan buat kenang2an di hari tua kelak, hehe.

Untuk pengiriman gunakan DHL, Fedex atau pengiriman ke luar lainnya yang cepat dan terpecaya yang paling penting. Lagi lagi di sini harus keluar uang lumayan banyak untuk ukuran kantong saya yang maha tipis. Pengiriman kurang lebih 3-5 hari dengan biaya Rp. 400-an ribu. Kalian tau kawan, untuk urusan ngirimnya aja, saya harus keliling kota jogja yang mungil kata orang tetapi luas sekali menurut saya. Bayangkan aja, saya hanya menemukan satu tempat pengiriman ke luar negeri  yaitu DHL, karena menurut senior2 yang udah duluan di Taiwan, DHL yang biasa digunakan. Mencari tempat bernama DHL ini, memakan waktu satu minggu. Awalnya saya searching dengan goole maps dengan keywords ‘pengiriman DHL’. Ada beberapa titik yang ditunjukan, dan bersemangatlah saya menuju titik2 tersebut. Setelah sampai di titik tersebut ternyta gak ada yang bernama DHL, yang ada hanya bengkel mobil, klinik kesehatan, toko bangunan, lho berarti google maps pun bisa salah informasi ya pikir saya. Mencobalah saya dengan strategi kedua, yaitu via media social facebook. Ah ternyta lewat Fb banyak joke2 nya, respon yang serius Cuma satu orang dan malah menyarankan via Tiki/Jne. Begitu Tanya ke Tiki/Jne, alamaak, biayanya hampir 500-an dan waktu nyampenya pun lumayan lama. Akhirnya saya kembali ke cara pertama, cobalah saya ngebolang aja sambil cari dimana DHL itu berada. Kata kunci yang saya dapetin dari temen jogja yang udah di luar negeri sana adalah depan RS Bethesda. Saya agak trauma ke daerah itu Karena pernah ditilang polisi gara2 salah jalur, Ya udah saya coba obok2 daerah sana, alhasil meskipun udah dpet kata kuncinya saya baru bisa menemukannya setelah obok2 di hari ke tiga. DHL sendiri tampak seperti rumah biasa dan letaknya agak menjorok ke dalam antara galleria mall dan gedung telkomsel, ditambah lagi gak ada plang nama di dpinggir jalan, sehingga orang awam kayak saya ini bru bisa menemukannya stelah tiga hari. Huft..bener2 deh.

Berjibaku memang sangat dibutuhkan, apalagi ini pengalaman pertama dan saya yakin ini belumlah ada bandingannya dengan usaha yang diperlukan ketika nanti saya udah berada di negeri orang. Bisa dikatakan ini adalah training yang harus dilalui untuk go to Abroad. Saatnya nanti akan kalian rasakan jika kalian lebih berani dan lebih berusaha keras dibandingkn saya saat ini. Tetapi jika kamu orang yang bermental kerupuk, barangkali ketika baca tulisan ini semangatnya yang membara mulai padam sedikit demi sedikit, baru mau daftar aja udah gitu ya, apalgi kelak,,mungkin begitu pikiranmu? Yeah.. saya sarankan kamu gak usah melangkah lebih jauh karena akan menyusahkan dirimu sendiri dan terutama menyusahkan lingkunganmu nantinya. Pelajaran penting kawan : Jika kamu yakin dengan pilihan mu maka jangan pernah berpikir yang lain lagi. Cukuplah keyakinan itu menjadi modal untuk melangkah secara gagah daripada berkeluh kesah.

Yup! Akhirnya perjuangan dan berjibaku selama menyelesaikan masalah urus mengurus beasiswa kelar, saya adalah salah seorang dari sekian juta orang yang beruntung mendapatkan peluang untuk berangkat ke negeri Formosa. Saya kabarkan ke orang tua di Negeri Serumpun Sebalai sana, Bangka, mereka tersungging, sumringah sembari terus memuji saya. Woow sesuatu banget, bisa bikin mereka seneng meskipun baru sebatas berita. Tetapi memang 100% berita benar bukan karangan saya. Lantas beberapa minggu setelah Letter of Acceptance (LoA) dikrimkan dari Negara sana, saya forward langsung ke rumah, agar mereka tau bahwa ada anak Desa mereka yang bisa ke luar negeri. Anak Desa dari sepelosok kecil kumpulan manusia yang bermasyarakat hingga membentuk sebuah istilah ‘Desa’  agar lebih elegan diucapkan oleh pemerintah Bangka.

Saya kurang tau tepatnya gimana berita tsb menyebar layaknya api di lautan minyak, sehingga saat pulang kampong, masyarakat dengan sok taunya mengucapkan selamat dan berbincang tentang ‘menjadi boyband’ dalam bayangan mereka. Yeaah, membicarakan tentang Negara semacam korea, taiwan, china dan sekitarnya, engkau akan tau kawan jika mayarakat desa kami terkepung oleh serbuan persepsi Negara boyband. Sehingga jangan heran, jika saya pun dianggap akan jadi boyband nantinya.hehe. Pelajaran penting : menonton televisi tanpa ada orang terdidik itu sangat berbahaya. Persepsi kalian akan sulit sekali berkeliaran bebas berkelindan dengan persepsi lainnya. Karena ia akan berdiri tunggal, satu satunya, sesuai isi kepala si pembuat acara.

Tetapi apakah  mimpi saya berakhir sesuai dengan apa yang saya harapakan, apa yang keluarga tunggu, apa yang masyarakat desa dengar?  

Boleh jadi apa yang kamu anggap baik, belum tentu baik menurut Allah bagimu, dan boleh jadi pula apa yang menurut kamu buruk belum tentu buruk menurut Allah, malah jangan jangan itulah yang sebetulnya terbaik bagimu.

Kalimat inilah yang menentramkan hati saya hingga saat tulisan ini tertuang, ceileee, haha kayak sinetron2 aja,,. Penasaran? Udah dlu deh, mau ngampus dlu, hari kedua sy ngmpus nih dan juga ngelab..hehe

To be Continue… 

U


2 thoughts on “Part 2 #Edisi Anak Desa ke Luar Negeri

Leave a comment